top of page
Search

Mengenal Lebih Dekat Beberapa Filosofi di Keraton Yogyakarta

  • Writer: Seysha Airunisa
    Seysha Airunisa
  • Oct 3, 2018
  • 3 min read

Keraton Yogyakarta merupakan salah satu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Keistimewaan sejarah, budaya, serta arsitekturnya membuat Keraton Yogyakarta menjadi primadona di kota pelajar ini. Bangunan tersebut terletak di Jalan Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tentunya Keraton Yogyakarta sangat mudah dikenali karena lokasinya berada di tanah yang luas dengan dua pohon beringin kembar dan biasa disebut sebagai alun-alun.


Setiap bangunan yang ada di Keraton Yogyakarta memiliki filosofinya masing-masing. Salah satu contohnya adalah pembagian Keraton Yogyakarta menjadi tujuh bagian. Hal tersebut berkaitan dengan kosmologi Jawa bahwa dunia terdiri dari tiga lapisan yaitu dunia atas (tiga bagian), dunia tengah, dan dunia bawah (tiga bagian). Selain itu, sembilan gerbang Keraton Yogyakarta yang masing-masing menghubungkan sembilan pelataran di wilayah Keraton Yogyakarta pun melambangkan sembilan buah lubang di tubuh manusia. Apabila seseorang mampu menutup seluruh lubang yang ada di tubuhnya, maka ia dianggap telah mencapai tingkat meditasi tertinggi.



Tidak hanya bangunannya, letak Keraton Yogyakarta juga dikaitkan dengan keberadaan Gunung Merapi serta Laut Selatan. Adapun Gunung Merapi dan Keraton Yogyakarta diibaratkan sebagai hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa sedangkan antara Laut Selatan dan Keraton Yogyakarta mencerminkan hubungan sesama manusia. Keterkaitan ketiga unsur tersebut biasa disebut sebagai garis lurus imajiner. Garis tersebut dihubungkan secara nyata dengan jalan dari Gunung Merapi menuju Keraton Yogyakarta hingga Laut Selatan. Secara ringkas, titik-titik filosofis tersebut melambangkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, sesama manusia, dan juga alam.


Selain garis lurus imajiner serta bangunannya, Keraton Yogyakarta juga memiliki filosofi terkait dengan lambang Keraton Yogyakarta yaitu Praja Cihna atau biasa disebut sebagai Hobo. Praja Cihna sendiri dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I dengan bahasa Sansekerta yang memiliki makna yaitu sifat sejati dari seorang abdi negara yaitu Sultan Hamengku Buwono I hingga sekarang Sultan Hamengku Buwono X. Di dalam Praja Cihna tersebut terdapat beberapa bagian yang memiliki makna serta filosofi tersendiri antara lain pada aksara jawa, mahkota, sayap garuda, bunga padma, tumbuhan sulur, dan warna.



Aksara Jawa

Aksara Jawa yang berada di tengah Praja Cihna tersebut berbunyi ‘Ha’ dan ‘Ba’ yang berarti singkatan dari Hamengku Buwono yaitu memangku atau mengayomi bumi. Selain itu, aksara jawa sendiri merupakan kebudayaan asli dari Kraton Yogyakarta. Setiap masa jabatan seorang sultan, bentuk aksara jawa akan berbeda sesuai dengan angka keturunannya.


Mahkota

Mahkota yang berada di atas lambang Hobo memiliki arti pemimpin pemerintahan. Sebagai seorang pemimpin tertinggi, sultan memiliki tanggung jawab untuk menjaga tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat.


Sayap garuda

Sayap pada lambang Praja Cihna ini berjumlah sesuai dengan angka garis keturunan sultan yang akan menjabat. Kedua sayap tersebut memiliki arti keagungan sekaligus ketegasan dari Kraton Yogyakarta yang kuat dan pantang menyerah.


Bunga padma

Padma berarti teratai. Tumbuhan ini memiliki akar yang kuat dan kokoh walaupun berkali-kali terhempas air. Bunga ini melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan prinsip dari Kraton Yogyakarta. Ornamen ini juga sering ditemukan pada pilar-pilar di beberapa bangunan Keraton Yogyakarta.


Tumbuhan sulur

Tumbuhan ini hidup merambat. Lambang sulur pada Hobo tersebut melambangkan kejayaan kebudayaan nusantara dan diharapkan akan terus bermanfaat bagi bangsa dan rakyat dengan suku, agama, dan ras yang berbeda.


Warna

Seperti halnya yang kita ketahui, warna merah pada Hobo bagian tengah melambangkan keberanian sedangkan warna emas pada mahkota, sulur, serta sayap merupakan simbol keluruhan.


Saat ini, Keraton Yogyakarta berfungsi sebagai salah satu icon dan objek wisata bagi para wisatawan. Walaupun begitu, fungsi utama Keraton Yogyakarta sebagai tempat tinggal sultan pun masih dijalankan. Beberapa tradisi pun kerap dilaksanakan seperti Upacara Grebeg Maulud dan Sekaten. Dengan demikian, wisatawan tidak hanya bisa menikmati keagungan arsitektur Keraton Yogyakarta, tetapi juga memahami bagaimana budaya serta filosofinya.


Foto :

Dokumen pribadi


Sumber :

Observasi di Keraton Yogyakarta

Ariyanto.2018.Eksplorasi Ornamen Jepara dan Lambang Keraton Yogyakarta sebagai Penerapan pada Architrave.Jepara

Comments


JOIN US

  • White Instagram Icon
  • White Twitter Icon
  • White YouTube Icon

© 2023 by Fashion Diva. Proudly created with Wix.com

bottom of page