Menyambut Sunrise di Puncak Penanjakan Bromo
- Seysha Airunisa
- Sep 5, 2018
- 3 min read
Updated: Sep 27, 2018
“Every sunset brings the promise of a new dawn.” – Ralph W. E
Beberapa hal memang sulit ditepati. Namun, janji sunset terhadap sunrise nyatanya bukan sekadar omong kosong belaka. Alam tidak pernah menunda apalagi berbohong. Ia merupakan pertanda bahwa kekuasaan itu nyata. Manusia sejatinya selalu menjadi saksi akan fenomena-fenomena yang kerap ia pentaskan. Tentunya penonton itu adalah kita semua.
Kali ini, penulis akan membawa hati dan pikiran Anda untuk sedikit menengok keindahan salah satu surga dunia yaitu sunrise di Puncak Penanjakan Bromo Tengger Semeru. Mungkin setiap harinya, kita sebagai manusia tidak sempat untuk menikmati hidup. Kita terperangkap oleh urusan-urusan yang banyak menyita tenaga baik itu lahir, maupun batin. Apabila penulis diberikan pertanyaan mengenai hal apa yang menurutnya paling berharga, jawaban dari dirinya adalah waktu. Tentunya waktu tidak dapat disimpan dan diganti.
Sunrise membuat penulis menghitung waktu. Penulis merasakan setiap detik dan menit di dalam prosesnya. Sekali-sekali, cobalah untuk menarik diri Anda dari hiruk-pikuk aktivitas. Nikmatilah langit sembari menunggu datangnya matahari. Semua itu pun akan terasa lebih sempurna apabila Anda melakukannya di Puncak Penanjakan Bromo.

Namun, semua hal tentunya butuh persiapan. Mengingat cuaca dan suhu di Bromo cenderung berbeda dari tempat-tempat di Indonesia lainnya, kita dihimbau untuk berpakaian lebih tebal dari biasanya. Hal ini diperlukan agar sesampainya di sana, tubuh kita tidak kedinginan. Biasanya, perlengkapan seperti syal, sarung tangan, dan penutup kepala sangat mudah untuk ditemukan. Kita perlu membayar sekitar Rp15.000 hingga Rp30.000 per item-nya. Tentunya keahlian menawar sangat diperlukan pada kondisi ini.

Sebagai informasi, spot Puncak Penanjakan Bromo menyuguhkan empat pemandangan sekaligus yaitu Gunung Bromo, Batok, Kursi, dan Semeru. Untuk mencapai area tersebut, pengunjung diharuskan untuk memakai jasa persewaan jeep atau hartop. Pengunjung juga dapat membeli paket wisata Bromo yang telah ditawarkan oleh pihak tour agency.
Saat itu, penulis telah menyewa jeep bersamaan dengan paket wisata sehingga ia langsung menuju meeting point pada pukul 03.00 WIB. Perjalanan menggunakan jeep dari meeting point hingga Puncak Penanjakan Utama menempuh waktu sekitar 30 hingga 45 menit sehingga kurang lebih penulis sampai di Puncak Penanjakan Bromo pada pukul 03.30 WIB dini hari. Akses menuju view point sudah beraspal dan cukup mudah untuk dijangkau. Untuk tiket, biasanya harga sudah termasuk di dalam paket wisata yang pengunjung pilih sehingga selama perjalanan kita tidak perlu mengeluarkan uang kecuali untuk kuliner dan kebutuhan lainnya. Adapun, cuaca di sana cukup dingin karena kami datang pada bulan September dan suhu di atas view point mencapai 8 ° C. Bagi Anda yang belum tahu, basanya suhu di Bromo lebih dingin saat musim kemarau.
Lalu, sesampainya di parkiran, pengunjung diharuskan untuk jalan kaki menuju ke atas. Namun, apabila waktu sunrise masih cukup lama, pengunjung dapat singgah terlebih dahulu di salah satu warung untuk menghangatkan badan dan menyantap beberapa gorengan. Harga gorengannya terbilang lebih mahal dibandingkan gorengan pada umumnya, tetapi cukup worth it untuk mengganjal perut.

Setelah menyantap beberapa cemilan, pengunjung dapat langsung naik ke area utama. Bagi Anda yang merasa dingin, ada beberapa orang yang menyewakan jaket serta selimut selama berada di sana. Sembari menunggu sunrise, pengunjung juga tetap dapat menikmati pemandangan bintang. Walaupun cuaca semakin dingin dan jari-jari sudah mulai membeku, momen ini tetap wajib untuk ditunggu. Sampai pada saatnya, langit beserta awan sudah mulai memunculkan semburat-semburat warnanya. Awan-awan semakin terlihat seperti ombak di atas langit. Gunung-gunung pun juga tidak malu untuk menampakkan dirinya.
Kira-kira seperti ini penampakan dari lukisan alam tersebut. Sungguh luar biasa indah.





Mungkin kala itu bukan merupakan sunrise yang sempurna karena keadaan memang cukup berawan. Akan tetapi, apa yang telah Anda lihat nantinya sudah cukup untuk menyembuhkan hati. Seluruh beban-beban hidup seperti menguap begitu saja. Indah, kagum, dan sendu. Cinta kepada semesta memang tidak akan ada habisnya. Hal yang sebenarnya perlu kita lakukan adalah bersyukur. Sunrise di Bromo memberikan energi yang berbeda bagi penulis dan mungkin Anda. Selamat mencoba!
Foto diambil oleh :
N.M Swastika Ardhi
Hiera A.R
Commentaires